Jakarta – Tahukah Anda di mana letak danau terbesar di dunia? Danau tersebut adalah Laut Kaspia, yang saat ini mengalami masalah serius akibat penurunan debit air yang sangat cepat. Artikel ini akan membahas kondisi Laut Kaspia dan dampak dari penyusutannya.
Laut Kaspia, yang merupakan danau terbesar di dunia, mendapatkan namanya dari karakteristik geologis yang mirip dengan samudra. Danau ini merupakan sisa dari Samudra Tethys yang purba dan memiliki dimensi yang sangat besar, mirip dengan lautan. Namun, para ahli kini mulai khawatir bahwa Laut Kaspia mungkin tidak akan pernah pulih ke keadaan semula.
Salah satu contoh nyata dari penyusutan ini terlihat di kawasan pantai, khususnya di kota pesisir Aktau, Kazakhstan. Azamat Sarsenbayev, seorang aktivis lingkungan, menceritakan bagaimana dulunya ia bisa melompat ke dalam air Laut Kaspia yang berwarna biru kehijauan. Namun, dalam satu dekade terakhir, tempat itu kini telah berubah menjadi tanah berbatu dan kering, mirip dengan padang gurun.
Di sisi lain danau, Khashayar Javanmardi, seorang fotografer di dekat Kota Rasht
Di sisi lain danau, Khashayar Javanmardi, seorang fotografer di dekat Kota Rasht, Iran, juga merasakan dampak yang sama. Ia mengeluhkan kondisi laut yang kini dikelilingi oleh polusi, mengakibatkan kualitas air menurun drastis. “Saya tidak bisa berenang lagi, airnya berubah,” ungkap Javanmardi, yang telah mendokumentasikan penurunan kualitas air di sepanjang pantai selatan Laut Kaspia.
Laut Kaspia memiliki luas yang setara dengan negara bagian Montana di Amerika Serikat, dengan garis pantai yang membentang lebih dari 6.437 km dan melintasi lima negara: Kazakhstan, Iran, Azerbaijan, Rusia, dan Turkmenistan. Negara-negara ini sangat bergantung pada Laut Kaspia untuk berbagai kebutuhan, seperti perikanan, pertanian, pariwisata, dan sumber air minum, serta untuk cadangan minyak dan gas.
Namun, berbagai faktor menyebabkan penyusutan volume air Laut Kaspia. Pembendungan sungai, ekstraksi air secara berlebihan, polusi, dan krisis iklim akibat aktivitas manusia berkontribusi besar terhadap masalah ini. Para ilmuwan memperingatkan bahwa Laut Kaspia mungkin telah mencapai titik tanpa harapan untuk pulih.
Menariknya, meskipun perubahan iklim global menyebabkan kenaikan permukaan laut di berbagai belahan dunia, hal ini tidak berlaku untuk danau-danau yang terkurung seperti Laut Kaspia. Danau-danau ini bergantung pada keseimbangan antara air yang masuk melalui sungai dan curah hujan serta air yang keluar melalui proses penguapan. Namun, dengan meningkatnya suhu global, keseimbangan ini menjadi terganggu, yang mengakibatkan penyusutan volume air.
Data menunjukkan bahwa selama periode 1992 hingga 2020, volume air tawar di danau-danau di seluruh dunia menurun hingga 53 persen. Danau-danau besar semakin mengering akibat krisis iklim dan penggunaan air yang berlebihan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dampak dari penyusutan air di Laut Kaspia dan berupaya menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dalam menghadapi masalah ini, tindakan nyata perlu dilakukan untuk memulihkan dan menjaga ekosistem Laut Kaspia agar tetap berfungsi dan tidak menghilang. Kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan harus ditanamkan di dalam diri setiap individu. Mari kita berupaya untuk menjaga kekayaan alam ini demi generasi mendatang.